REFISI WAWANCARA MENGENAI KURIKULUM 2013

Sabtu, 27 Desember 2014



WAWANCARA MENGENAI KURIKULUM 2013
IDENTITAS GURU
          NAMA : TIRTA JAJULI
          ALAMAT: JL raya carita km 8. Labuan pandeglang
          STATUS: KAWIN
          USIA: 29 TAHUN
          JABATAN: GURU
                        

HASIL WAWANCARA

DANIL #12 : selamat siang bapak tirta jajuli, maaf menggangu boleh minta waktunya sebentar?
B. TIRTA : silahkan saja, sebentar saya mau ambil minum dulu
DANIL #12 : Begini pa. Saya mendapatkan tugas dari kampus untuk mewawancaraiseorang guru untuk mewawancara atau menanyakan mengenai kurikulum 2013, bolehkan saya meminta bantuan bapak tirta untuk menjadi narasumbernya?
B. TIRTA : yah silahkan, tapi disini saya tidak terlalu banyak tahu tentang kurikulum 2013, jadi kita sharing saja oke

MAHASISWA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Senin, 22 Desember 2014


Penggagasan terhadap terminologi perguruan tinggi tidak akan bisa dilepaskan dari suplemen utama, yaitu mahasiswa. Stigma yang muncul dalam diskursus perguruan tinggi selama ini cenderung berpusat pada kehidupan mahasiswa. Hal ini sebagai konsekuensi logis agresivitas mereka dalam merespon gejala sosial daripada kelompok lain dari sebuah sistem civitas akademika.
Akan tetapi fenomena yang berkembang menunjukkan bahwa derap modernisasi di Indonesia dengan pembangunan sebagai ideologinya telah memenjarakan mahasiswa dalam sekat insitusionalisasi, transpolitisi dan depolitisi dalam kampus. Keberhasilan upaya dengan dukungan penerapan konsep NKK/BKK itu, pada sisi lain mahasiswa dikungkung dunia isolasi hingga tercabut dari realitas sosial yang melingkupinya. Akibatnya, mahasiswa mengalami kegamangan atas dirinya maupun peran-peran kemasyarakatan yang semestinya diambil. Mahasiswa pun tidak lagi memiliki kesadaran kritis dan bahkan sebaliknya bersikap apolitis.

PERAN SEORANG GURU

Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi,

KUALITAS GURU DI INDONESIA

Salah satu masalah dalam dunia pendidikan adalah Rendahnya Kualitas Guru, keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).

PENDIDIKAN DI INDONESIA

tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.
Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang

TAKDIR DAN BUNUH DIRI

pertanyaan, apakah meninggal karena bunuh diri dapat dikatakan takdir ajal almarhum? sedangkan allah membenci orang yang bunuh diri

Jawaban : abah sarjam

Ajal artinya waktu. Dikaitkan dengan kematian, ajal artinya waktu datangnya kematian kepada seseorang. Karenanya, berbicara ajal berarti berbicara waktu datangnya kematian dan bukan cara datangnya kematian Tersebut.                                                                                                                                                                                                                                    
Ajal merupakan bagian dari takdir mubrom ( taqdir sejak ajali ) yang merupakan rahasia Allah . Adapun cara ajal datang kepada seseorang merupakan hal lain. Bunuh diri misalnya, boleh saja dianggap takdir ketika kasusnya sudah menimpa sehingga kita berkata mengenai orang yang bunuh diri, “Begitulah takdir kematian menimpa dia”. Yang penting, jangan sampai ketika bunuh diri dianggap sebagai takdir, kemudian menjadi pembenaran terhadap perilaku bunuh diri yang kini kian marak.
Mari kita perhatikan dua hadits berikut.

GENERASI ABAD 21



1.multitasking
yang juga terjadi adalah komputer melakukan prioritas terhadap perintah dan kode menurut sejumlah konsep sederhana, seperti “yang datang pertama, dilayani pertama, dan perintah sederhana dikerjakan sebelum perintah kompleks”. Manusia dalam banyak hal juga bekerja dengan cara serupa. Kita menyusun prioritas. Namun, juga diamati bahwa kemampuan memprioritaskan perintah dan kode tersebut sering kali didasarkan pada kriteria subyektif daripada obyektif. Dari berbagai pertimbangan, tampak kemampuan multitasking manusia lebih terbatas dibandingkan dengan komputer. Sebab itu, secara alamiah manusia tidak disarankan untuk memberi perhatian secara sama dan penuh terhadap semua input sensori yang datang sekaligus.

asal usul desa caringin dan syekh asnawi

Rabu, 17 Desember 2014

KH.ASNAWI CARINGIN ( ULAMA DAN PENDEKAR BANTEN )
Ketika masih di bangku Madarasah Awaliah, Kampung Caringin dengan pesona Laut yang sangat mempesona diambil dari kata “beringin” yang artinya “pohon teduh yang Rindang  disana terdapat Maqom Auliyaillah seorang ulama pejuang bernama KH.ASNAWI yang orang kampung biasa memanggil dengan sebutan “nama Asnawi”  yang telah mengayomi masyarakat yang dianalogikan sebagai pohon beringin .