- REVISI WAWANCARA MENGENAI KURIKULUM 2013
- MAHASISWA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
- PERAN SEORANG GURU
- KUALITAS GURU DIINDONESIA
- PENDIDIKAN DIINDONESIA
- TAKDIR DAN BUNUH DIRI
- GENERASI ABAD 21
- ASAL USUL DESA CARINGIN DAN SYEKH ASNAWI CARINGIN
- REVISI ALIRAN FILSAFAT PROGRRESIVISME
- ANAK KRAKATAU TOUR
- ALIRAN FILSAFAT PROGRESSIVISME
[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Selasa, 06 Januari 2015
REFISI WAWANCARA MENGENAI KURIKULUM 2013
Sabtu, 27 Desember 2014
WAWANCARA MENGENAI KURIKULUM 2013
IDENTITAS GURU
NAMA : TIRTA JAJULI
ALAMAT: JL raya carita km 8. Labuan pandeglang
STATUS: KAWIN
USIA: 29 TAHUN
JABATAN: GURU
HASIL
WAWANCARA
DANIL #12 : selamat siang bapak tirta jajuli, maaf menggangu boleh minta waktunya
sebentar?
B. TIRTA : silahkan saja, sebentar saya mau ambil minum dulu
DANIL
#12 : Begini pa. Saya mendapatkan tugas dari kampus untuk mewawancaraiseorang
guru untuk mewawancara atau menanyakan mengenai kurikulum 2013, bolehkan saya
meminta bantuan bapak tirta untuk menjadi narasumbernya?
B. TIRTA : yah silahkan, tapi disini saya tidak terlalu banyak tahu tentang
kurikulum 2013, jadi kita sharing saja oke
MAHASISWA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Senin, 22 Desember 2014
Penggagasan
terhadap terminologi perguruan tinggi tidak akan bisa dilepaskan dari suplemen
utama, yaitu mahasiswa. Stigma yang muncul dalam diskursus perguruan tinggi
selama ini cenderung berpusat pada kehidupan mahasiswa. Hal ini sebagai
konsekuensi logis agresivitas mereka dalam merespon gejala sosial daripada
kelompok lain dari sebuah sistem civitas akademika.
Akan
tetapi fenomena yang berkembang menunjukkan bahwa derap modernisasi di
Indonesia dengan pembangunan sebagai ideologinya telah memenjarakan mahasiswa
dalam sekat insitusionalisasi, transpolitisi dan depolitisi dalam kampus.
Keberhasilan upaya dengan dukungan penerapan konsep NKK/BKK itu, pada sisi lain
mahasiswa dikungkung dunia isolasi hingga tercabut dari realitas sosial yang
melingkupinya. Akibatnya, mahasiswa mengalami kegamangan atas dirinya maupun
peran-peran kemasyarakatan yang semestinya diambil. Mahasiswa pun tidak lagi
memiliki kesadaran kritis dan bahkan sebaliknya bersikap apolitis.
PERAN SEORANG GURU
Para pakar pendidikan di Barat telah
melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru
yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young
(1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh,
panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik
dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan
peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa
aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di
atas dipenuhi,
KUALITAS GURU DI INDONESIA
Salah satu masalah dalam dunia pendidikan adalah Rendahnya Kualitas
Guru, keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan
guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan
tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan
penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak
layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun
2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak
mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12%
(negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73%
(swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26%
(swasta).
PENDIDIKAN DI INDONESIA
tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.
Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan
ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang
berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi
unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah
disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang
sedang belajar, maka orang yang
TAKDIR DAN BUNUH DIRI
pertanyaan, apakah meninggal karena bunuh diri dapat dikatakan takdir ajal almarhum? sedangkan allah membenci orang yang bunuh diri
Jawaban : abah sarjam
Ajal artinya waktu. Dikaitkan dengan kematian, ajal artinya waktu datangnya kematian kepada seseorang. Karenanya, berbicara ajal berarti berbicara waktu datangnya kematian dan bukan cara datangnya kematian Tersebut.
Ajal merupakan bagian dari takdir mubrom ( taqdir sejak ajali ) yang merupakan rahasia Allah . Adapun cara ajal datang kepada seseorang merupakan hal lain. Bunuh diri misalnya, boleh saja dianggap takdir ketika kasusnya sudah menimpa sehingga kita berkata mengenai orang yang bunuh diri, “Begitulah takdir kematian menimpa dia”. Yang penting, jangan sampai ketika bunuh diri dianggap sebagai takdir, kemudian menjadi pembenaran terhadap perilaku bunuh diri yang kini kian marak.
Mari kita perhatikan dua hadits berikut.
Jawaban : abah sarjam
Ajal artinya waktu. Dikaitkan dengan kematian, ajal artinya waktu datangnya kematian kepada seseorang. Karenanya, berbicara ajal berarti berbicara waktu datangnya kematian dan bukan cara datangnya kematian Tersebut.
Ajal merupakan bagian dari takdir mubrom ( taqdir sejak ajali ) yang merupakan rahasia Allah . Adapun cara ajal datang kepada seseorang merupakan hal lain. Bunuh diri misalnya, boleh saja dianggap takdir ketika kasusnya sudah menimpa sehingga kita berkata mengenai orang yang bunuh diri, “Begitulah takdir kematian menimpa dia”. Yang penting, jangan sampai ketika bunuh diri dianggap sebagai takdir, kemudian menjadi pembenaran terhadap perilaku bunuh diri yang kini kian marak.
Mari kita perhatikan dua hadits berikut.
Langganan:
Postingan (Atom)